TUOL SLENG GENOCIDE - Kamboja

   Museum ini merupakan bekas sekolah yang digunakan sebagai tempat akan kejamnya pembantaian masyarakat Kamboja maupun warga asing yaitu Security Prison (S-21) oleh rezim Khmer Rouge pada saat kekuasaan dari 1975 sampai kejatuhannya pada 1979. Tuol Sleng memiliki arti “Hill of the Poisonous Trees” (bukit pohon – pohon beracun).Lokasinya berada di kota Phnom Penh tepatnya di persimpangan street 135 dan 113, jika anda menggunakan tuk – tuk ajaklah ke Killing Fields di Choeung Ek setelah ke Tuol Sleng lokasinya sebelah selatan Phnom Penh (sekitar 30 menit). Sangat disarankan untuk mengunjungi Killing Fields setelah Tuol Sleng karena merupakan satu bagian sejarah kelam pada rezim Khmer Rouge.

   Tiket masuk di Tuol Sleng Genocide Musem adalah sebesar US$2 per – orang, untuk pemandu harganya bervariasi antara US$2 sampai US$3 per – orang, apabila anda membawa video akan dikenakan biaya tambahan US$5, museum buka pada pukul 08.00 sampai 17.30. Estimasi total seluruh biaya perjalanan mengunjungi Tuol Sleng Genocide Museum dan Killing Fields sekitar US$20 dengan menggunakan tuk – tuk.Museum tersebut saat ini memiliki empat bangunan utama yakni bangunan A, B, C dan D. Bangunan A berisi sel yang besar dimana tubuh dari korban – korban terakhir ditemukan. Bangunan B adalah galeri fotografi di sepanjang dinding nya, berisikan foro dari para tahanan.Dibangunan ketiga yaitu bangunan C merupakan ruangan yang dibagi – bagi menjadi sel – sel kecil bagi para tahanan sedangkan di bangunan D berisikan kenangan berupa instrumen atau alat yang digunakan dalam penyiksaan.

    Di ruangan lain hanya berisikan tempat tidur besi yang telah berkarat terdapat pula foto hitam putih dari tubuh para tahanan yang dimutilasi dalam keadaan terikat di tempat tidur dan dibunuh beberapa jam setelah pengambilan foto.Pada rezim Khmer Rouge pekerja di penjara S-21 berjumlah 1.720 orang dan terbagi dalam beberapa tim seperti interogator, karyawan kantor, pekerja umum dan lain – lain. Beberapa orang diambil dari keluarga tahanan dalam penjara. Kebanyakan tahanan berusaha untuk melakukan usaha bunuh diri karena tidak tahan berada di penjara oleh sebab itu para penjaga harus jeli dan hati – hati memastikan tidak ada benda membahayakan yang masuk ke dalam sel.Sebagain besar korban berasal dari rezim sebelumnya dibawah pimpinan Lon Nol seperti pendeta Buddha, dokter, guru, mekanis serta kaum akademis yang dianggap membahayakan rezim Khmer Rouge.Dibalik semua cerita mengerikan yang ada di Tuol Sleng ternyata masih ada keberuntungan bagi beberapa orang yang selamat dari S-21 dan hidup hingga saat ini.

   Chum Mey (82thn) adalah salah satu dari dua belas orang yang selamat dari hukuman penjara seumur hidup pada saat rezim Khmer Rouge di Security Prison 21 (S-21) Tuol Sleng.Di mana lebih dari 17.000 masyarakat kamboja dikirim untuk dieksekusi mati. Chum Mey selamat dari masa dua tahun dalam siksaan dan tekanan ketakutan dari kamp kematian Khmer Rouge. Semangat yang menopang Chum Mey adalah istrinya yang sedang hamil dan bayinya yang belum lahir. Hidupnya dapat bertahan karena memiliki kompetensi tinggi dalam bidang perbaikan mesin sehingga sering ditugaskan untuk memperbaiki mesin tentara Pol Pot (pemimpin rezim Khmer Rouge)Chum Mey dapat melarikan diri dari Khmer Rouge ketika invasi dari Vietnam, Chum Mey memiliki kesempatan bertemu dengan istri dan anak laki – lakinya yang baru lahir beberapa minggu setelah dia dikirim ke penjara Tuol Sleng di awal 1977. Setelah dua hari kemudian mereka ditangkap, istri dan anak Chum Mey ditembak oleh tentara Khmer Rouge.Hingga saat ini ingatan mengenai wajah anak dan istri tidak pernah lepas dari ingatan Chum Mey. Salah satu yang berhasil selamat selain Chum Mey adalah Bou Meng (72thn) yang berhasil selamat karena dia merupakan seorang pelukis dan dipilih keluar dari barisan tahanan untuk membuat potret pimpinan Khmer Rouge, Pol Pot.Chum Mey, Bou Meng dan Vann Nath, seorang seniman (meninggal di tahun 2011) merupakan saksi hidup dari masa kegelapan rezim Khmer Rough.

   Sama seperti bukti nyata yakni Killing Fields di Choeung Ek, tengkorak – tengkorak yang telah diawetkan dan ratusan potret tahanan yang dapat anda lihat di sepanjang dinding Tuol Sleng. Foto – foto tahanan tersebut diambil sebelum mereka dilucuti dan dikirim ke Killing Fields untuk dieksekusi.Tragisnya cerita mengenai pembantaian orang – orang dibawah kejamnya suatu ambisi seseorang mengingatkan semua orang untuk menghargai kehidupan. Kengerian akan menyelimuti anda ketika memasuki museum ini karena merupakan tempat penyiksaan bagi tahanan sebelum dieksekusi.Kisah menyedihkan ini pun dituangkan dalam karya seni berupa film dokumenter yang dibuat oleh Rithy Panh, pria Perancis kelahiran Kamboja.

   Film ini menonjolkan dua orang yang berhasil selamat yakni Chum Mey dan Van Nath menghadapi anggota Khmer Rouge seperti penjaga tawanan, interrogator, dokter dan fotografer.Fokus pada film ini adalah perbedaan perasaan tahanan untuk berusaha mengerti apa yang terjadi di Tuol Sleng sebagai peringatan bagi generasi muda dan anggota Khmer Rouge di Tuol Sleng yang berusaha melarikan diri karena selalu dihantui ketakutan dari pemusnahan massal yang dilakukan oleh mereka.Sejak tahun 2010 terdapat tur bagi masyarakat Kamboja ke Tuol Sleng dan Choeung Ek, pada tahun 2010 sebanyak 27.000 masyarakat Kamboja telah mengikuti tur ini. Sebagian besar masyarakat juga percaya bahwa jiwa – jiwa para korban masih berada di museum ini ataupun di Choeung Ek,Saat ini museum ini terbuka bagi umum dan The Killing Fields di Choeung Ek termasuk bagian dari sejarah kelam serta merupakan daya tarik bagi pengunjung yang ingin mengetahui sejarah mengenai pembantaian pada rezim Khmer Rouge. Sempatkanlah berkunjung ke museum ini karena memberikan kesan mendalam serta rasa kepada korban ketika anda melihat tempat ini. Sangat disayangkan untuk dilewatkan.